Petani Sawit Tuntut Pemerintah Stabilkan Harga CPO

Petani Sawit

TajukPolitik – Jaringan petani sawit lakukan tuntutan akibat harga sawit yang anjlok di Indonesia, bahkan banyak diantaranya menjual ke Malaysia.

Ketua Asosiasi Petani Sawit Indonesia (APKASINDO), Gulat Medali Emas Manurung mengatakan bahwa harga CPO Indonesia tertekan sampai 65 persen dari harga Roterdam. Dalam artian, bahwa semakin rendah harga CPO tender KPBN maka semakin anjlok harga TBS Petani.

Sementara itu, Dikutip dari Bisnis.com pada Rabu 7 Juni 2022, menjelaskan bahwa harga CPO di Rotterdam USUS$1.480/ton atau Rp22.200/kg dan Malaysia RM 4.555/ton atau Rp15.500/kg.

Alhasil, Gulat menilai bahwa harga CPO Indonesia yang rendah berasal dari penerapan domestick market obligation (DMO), domestic price obligation (DPO), Floush Out (FO), Bea Keluar (BK) dan Pungutan Ekspor (PE).

Tentunya, sejumlah regulasi tersebut memberikan dampak yang nyata bagi petani.

Dikutip dari akun twitter @Andreas31417494 pada Rabu 7 Juni 2022, mencuit perjuangan petani. Dalam narasi cuitannya, ia mengatakan bahwa petani harus berjuang melawan ketidak-adilan.

Selain itu, ia juga menambahkan kalau Petani Sawit berhak mendapatkan penghasilan yang layak.

“Petani sawit harus berjuang melawan ketidak-adilan. Petani sawit berhak mendapatkan penghasilan yang layak,” cuitnya.

Sementara itu, akun yang dikelola oleh Andreas tersebut juga memposting foto dari tuntutan Petani Sawit.

Adapun tuntutan Petani Sawit adalah:

1. Normalisasi Rantai Pasar : Cabut DMO-DPO,FO, & Pungutan Non Pajak.

2. Turunkan Pajak Ekspor/Bea Keluar.

3. Bubarkan BPDPKS atau Hulusasi Pungutan BPDPKS berbasis Produksi HGU.

4. Mandatorikan PTPN Sawit untuk Minyak Goreng & Biodiesel Nasional.

5. Hentikan pembebasan Subsidi Minyak Goreng dan Biodiesel dari Petani Sawit.

Sebagian kalangan petani  ada yang menjual hasil tandan buah segar (TBS) mereka ke produsen Malaysia karena harganya lebih tinggi.

Mereka enggan menjual ke produsen Indonesia karena harganya anjlok, bahkan hanya dihargai di bawah Rp 1.000 per kg.

Anjloknya harga TBS petani sawit disebabkan produsen masih memiliki banyak stok. Tingginya stok sementara pengiriman ekspor ke luar negeri rendah membuat harganya kian ambrol.

“Ya benar, sampai saat ini memang tangki-tangki masih banyak yang penuh, hal ini karena PKS (pabrik kelapa sawit) masih sulit menjual CPO akibat dari ekspor yang belum lancar,” kata Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono, Selasa (5/7/22).

Kesulitan produsen menjual bukan karena rendahnya permintaan, melainkan factor lain seperti terhambatnya distribusi. Jumlah kapal pengangkut yang biasa digunakan untuk membawa ekspor kelapa sawit ke luar negeri sedang sedang berkurang.

“Ekspor belum lancar eksportir kesulitan mencari kapal. Kapal waktu pelarangan ekspor ternyata banyak digunakan untuk mengangkut crude oil dari Rusia,” ujar Eddy.

Senada, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan pun menyebut kesediaan kapal masih menjadi kendala dalam pengiriman ekspor CPO saat ini. Dalam kunjungannya ke pasar Ciracas, Selasa (5/7/22), ia menilai perlu waktu untuk memulihkan kembali.

Iklan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!