Jumat, Oktober 17, 2025

Tayangan Kontroversial Lecehkan Kiai dan Pesantren Lirboyo, Warganet Serukan Boikot Trans7

BANGLISANTUY.COM – Media sosial kini dipenuhi dengan seruan boikot terhadap Trans7. Hal ini menyusul tayangan program XPOSE yang dinilai menyinggung Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri, Jawa Timur, KH Anwar Manshur.

Tayangan yang berjudul “Santrinya minum susu aja kudu jongkok, emang gini kehidupan di pondok?” telah menuai banyak kritik karena dianggap merendahkan martabat dunia pesantren.

Gerakan boikot ini diusung oleh ribuan pengguna media sosial, khususnya dari kalangan santri dan alumni pesantren di berbagai wilayah. Mereka berpendapat bahwa tayangan tersebut mencerminkan kehidupan pesantren secara sempit dan tidak adil, seolah-olah menampilkan kedisiplinan sebagai bentuk penindasan, penghormatan sebagai feodalisme, dan pengabdian dipersepsikan sebagai perbudakan.

Akun-akun yang mewakili para santri, seperti @cahpondok, menyerukan aksi boikot dan menyatakan bahwa Trans7 tidak memahami substansi nilai-nilai pesantren. Dalam sebuah unggahan yang viral, mereka menegaskan, “Banyak kiai hidup sederhana dari hasil usaha sendiri. Jangan hanya ambil potongan yang provokatif tanpa klarifikasi.”

Kecaman terhadap tayangan tersebut tidak hanya datang dari individu, tetapi juga dari berbagai organisasi. Respons ini menunjukkan betapa seriusnya dampak yang ditimbulkan oleh program tersebut di kalangan masyarakat yang memiliki hubungan erat dengan dunia pesantren.

Pendidikan di pesantren sering kali dianggap sebagai landasan moral dan etika yang sangat penting dalam masyarakat. Maka, menggambarkan kehidupan pondok pesantren dengan sudut pandang yang semata-mata negatif tentu akan memicu reaksi keras dari para santri dan alumni.

Selain itu, kritik ini juga mencerminkan keinginan untuk meluruskan citra pesantren yang sering kali disalahpahami oleh sebagian kalangan. Dalam konteks ini, penting bagi media untuk menyampaikan informasi secara akurat dan berimbang, tanpa mengabaikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh pesantren.

Dengan semakin berkembangnya teknologi dan media sosial, pengawasan terhadap konten yang disajikan oleh stasiun televisi menjadi semakin penting. Komentar dari para santri seperti yang dipublikasikan @cahpondok menunjukkan bahwa masyarakat kini semakin kritis terhadap tayangan yang tidak sesuai dengan etika dan nilai yang mereka anut.

Melihat dari sisi yang lebih luas, boikot ini juga menggambarkan kekhawatiran tentang bagaimana opini publik dapat dibentuk oleh media. Oleh karena itu, stasiun televisi diharapkan lebih bertanggung jawab dan mempertimbangkan dampak dari setiap tayangan yang mereka sajikan.

Dengan berbagai reaksi yang muncul, ke depan diharapkan akan ada dialog konstruktif antara media dan masyarakat, sehingga kesalahpahaman yang ada dapat diminimalisir. Hal ini penting agar media tetap dapat menjalankan perannya sebagai sumber informasi yang mendidik dan memberdayakan masyarakat.

Dari peristiwa ini, kita bisa belajar bahwa sebuah tayangan tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi media untuk menjaga etika dan integritas dalam menyajikan konten yang berhubungan dengan kehidupan sosial dan budaya.

Poster

Comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru