BANGLISANTUY.COM – Suasana penuh haru menyelimuti TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, pada Rabu, 22 Oktober 2025, saat Anggit Bima Wicaksana, anggota Tim Ekspedisi Patriot (TEP) di Papua, mendapatkan penghormatan terakhir melalui sebuah upacara yang dipimpin oleh Kementerian Transmigrasi (Kementrans).
Mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yang akrab disapa Bimo tersebut gugur dalam pelaksanaan program pengabdian di kawasan transmigrasi Bomberay, Fakfak, Papua Barat. Kepergiannya menyisakan kesedihan bagi banyak orang yang mengenalnya.
Menteri Transmigrasi, M. Iftitah Sulaiman Suryanagara, yang hadir dan memimpin langsung upacara, menekankan bahwa Bimo bukan hanya seorang peserta program, melainkan sosok patriot muda Indonesia yang memilih jalan pengabdian terhadap bangsa.
“Ia datang ke ujung timur negeri bukan untuk mencari kemudahan, tetapi untuk memberi arti bagi semua,” jelas Iftitah dalam pernyataannya yang menegaskan semangat pengabdian dari Bimo.
Menurut Iftitah, Bimo mencerminkan karakter seorang pahlawan yang rela berkorban demi kebaikan bangsa. Dedikasi dan komitmennya terhadap masyarakat adalah contoh nyata dari jiwa patriotisme yang seharusnya diteladani.
Di tengah upacara, Iftitah juga menyampaikan pesan terakhir yang Bimo sampaikan kepada ayahnya, yang sangat mendalam dan menyentuh hati: “Bapak, saya ingin mengamalkan ilmu saya untuk rakyat Papua.” Kalimat ini tidak hanya merupakan ungkapan harapan, tetapi juga mencerminkan semangat juang seorang patriot sejati.
Pengabdian Bimo di Papua menjadi simbol dari keterlibatan generasi muda dalam pembangunan bangsa, terutama di daerah-daerah yang membutuhkan perhatian lebih. Program pengabdian yang diikuti Bimo ini menjadi salah satu cara untuk menjembatani kesenjangan antara pusat dan daerah, serta memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.
Kisah Bimo menjadi inspirasi bagi banyak mahasiswa dan pemuda di seluruh Indonesia. Melalui pengabdiannya, ia menunjukkan bahwa setiap individu, meskipun masih muda, dapat memiliki dampak yang signifikan dalam masyarakat. Bimo memilih untuk meninggalkan kenyamanan dan mencari tantangan demi berkontribusi kepada sesama.
Pengabdian semacam ini sangat penting, terutama di daerah-daerah terpencil yang sering kali terabaikan. Dengan semangat seperti yang ditunjukkan Bimo, diharapkan banyak generasi muda lain yang tergerak untuk turut berkontribusi dalam pembangunan dan pengembangan Indonesia.
Semangat kepatriotan dan pengabdian Bimo tidak hanya akan dikenang oleh keluarganya, tetapi juga akan terus hidup dalam ingatan masyarakat yang merasakan langsung dampak dari karya dan pengabdian para pemuda seperti dirinya.




