BANGLISANTUY.COM Dalam kesempatan yang sangat penting, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menekankan betapa krusialnya merancang kota-kota masa depan yang tidak hanya mengedepankan kecerdasan, tetapi juga ketahanan dan keadilan sosial.
Pernyataan ini diungkapkan oleh Menko AHY saat ia menjadi pembicara utama dalam The 54th EAROPH Regional Conference yang berlangsung di Hotel Novotel Jakarta pada hari Senin, 6 Oktober 2025. Konferensi tersebut mengusung tema “Designing Tomorrow’s Cities Today: Integrating Innovation and Resilience in Urban Futures.”
Dalam pidatonya, AHY menggambarkan Jakarta sebagai cerminan nyata dari kontras yang muncul antara kemajuan dan tantangan yang dihadapi. Ia mencatat bahwa di kota ini, gedung-gedung tinggi berdiri berdampingan dengan permukiman padat yang menunjukkan ketahanan sosial masyarakat. “Pertanyaannya adalah bagaimana kita merancang kota yang inovatif namun tetap manusiawi, ambisius namun berkelanjutan,” ungkapnya dengan tegas.
AHY selanjutnya menggarisbawahi tiga faktor utama yang diharapkan dapat membentuk wajah perkotaan di Asia, yaitu krisis iklim, perubahan demografi, dan revolusi digital. Menurutnya, ketiga elemen ini memaksa kota untuk melakukan adaptasi, bukan sekadar bertahan. “Tanpa etika dan inklusi, kota pintar justru berisiko memperlebar kesenjangan,” ia menegaskan, memberikan perhatian serius terhadap dampak sosial dari kemajuan teknologi.
Lebih jauh, AHY menekankan bahwa ketahanan harus menjadi bagian integral dari desain perkotaan, bukan hanya solusi darurat yang diterapkan setelah terjadi bencana. Ia menjelaskan bahwa kota yang baik harus bersifat “kompak, terhubung, dan berorientasi pada transportasi publik,” serta harus menciptakan ruang bagi alam dengan infrastruktur hijau dan biru, seperti taman kota, hutan mangrove, dan sungai yang terjaga.
AHY juga menyampaikan apresiasi terhadap arah pembangunan nasional di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, yang menitikberatkan pada integrasi antara infrastruktur, inovasi, dan ketahanan di setiap tingkat pembangunan. Ia mencatat beberapa langkah konkret yang sudah diambil, seperti penerapan bangunan tahan gempa, restorasi hutan mangrove, serta peningkatan sistem peringatan dini sebagai contohnya.
Pada akhir sambutannya, AHY menegaskan bahwa tujuan pembangunan tidak hanya terfokus pada menciptakan kota yang terlihat modern, melainkan juga kota yang memiliki rasa kemanusiaan. “Sedia payung sebelum hujan,” adalah pepatah yang ia kutip untuk menggambarkan pentingnya persiapan dalam menghadapi kemungkinan bencana di masa mendatang.
Konferensi EAROPH ke-54 ini juga dihadiri oleh berbagai pemimpin urban internasional dan diharapkan dapat memperkuat kolaborasi global dalam merancang kota-kota yang tangguh, inklusif, dan adaptif terhadap tantangan yang akan datang. Pendekatan yang diambil dalam konferensi ini diharapkan membawa dampak positif bagi pengembangan urban di Asia, termasuk di Indonesia.