Jika Anies Kelamaan, Airlangga-AHY Bisa Kejadian

Duet Airlangga-AHY

Sejak PDIP resmi mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres, dinamika koalisi jadi makin dinamis. Termasuk kembali menyeruaknya duet Airlangga Hartarto-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Bukankah dalam pertemuan di Cikeas, Airlangga menyebut bahwa “politics is the art of possibility”, politik adalah seni kemungkinan? Dan AHY, menyepakatinya.

Airlangga sudah resmi didapuk sebagai capres pada Munas Golkar. Konsekuensinya, Airlangga mesti mendapatkan kursi capres, atau setidaknya cawapres, untuk mengantisipasi gerakan penjungkalan dirinya dari kursi Beringin 1 dengan alasan melanggar keputusan Munas Golkar.

Apalagi ini juga menyangkut marwah Golkar. Masak, parpol terbesar kedua secara nasional sepanjang tiga Pemilu tidak dapat apa-apa?

Peralihan juga bisa terjadi pada Demokrat. Tidak bisa ditapik, ada keresahan di akar rumput Demokrat.

Keresahan pertama karena Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) belum juga mendeklarasikan capres-cawapres. Pasalnya, survei Anies, Ganjar dan Prabowo tidak ada yang dominan sehingga cawapres menjadi faktor penentu kemenangan. Terlebih, survei Anies belakangan ini makin tertinggal dari Ganjar dan Prabowo.

Keresahan kedua. Pihak Nasdem dan PKS, kerap kali menyebut sosok-sosok dari luar KPP sebagai kandidat cawapres Anies. Ini tentu menyakati hati kader-kader Demokrat. Pasalnya, jika ditelisik mendalam, AHY memiliki potensi lebih besar dalam mengungkit kemenangan Anies ketimbang nama-nama yang disebut tersebut.

Keresahan akar rumput Demokrat teredam semata-mata karena kepatuhan mereka pada kepemimpinan AHY. Sementara, AHY dan elit Demokrat hingga hari ini terus berpegang teguh pada Piagam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).

Namun keresahan akar rumput Demokrat tentu dirasakan oleh AHY. Makanya, ketika Airlangga menyebut bahwa “politics is the art of possibility”, AHY menyatakan persetujuaannya.

Jadi, kuncinya di sini adalah kelihaian rayuan Airlangga, dan kesabaran AHY. Jika dua hal ini bertemu, maka poros Airlangga-AHY bukan tidak mungkin terbentuk.

Malah bisa jadi ditambah dengan PKB. Bukankah saat berkunjung ke Cikeas, Muhaimin Iskandar sudah memberikan sinyal legowo? “Kalau Mas AHY menang, jangan lupakan saya,” kelakar Cak Imin waktu itu.

Yup, konon PKB sedang jengkel berat pada Prabowo dan Jokowi. Karena Prabowo menolak Cak Imin, sementara Jokowi ingin memasangkan Erick Thohir dengan Prabowo. Di lain sisi, karena titipan Jokowi itu, Prabowo juga engan mengandeng Airlangga.
Jadi, sudah selayaknya Anies, Nasdem dan PKS membaca dengan seksama dinamika ini. Terlalu lama atau keliru penyikapan, salah-salah, poros Golkar, Demokrat dan PKB bisa benar-benar kejadian.

Dan jika demikian, artinya Anies akan gagal berkompetisi di Pilpres 2024.

Adi Suparno, tinggal di Klaten, Jawa Tengah

Iklan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!