AHY Tegaskan Keberpihakannya Kepada Wong Cilik

AHY bersama buruh

Oleh Jabal Sab (Pegiat di Komunitas Menara Putih)

Pidato Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) baru-baru ini yang disiarkan langsung di tiga stasiun televisi telah menyorot perhatian publik.

Betapa tidak, AHY dengan gamblang tetap konsisten memposisikan dirinya sebagai tokoh politik yang berani menyuarakan berbagai permasalahan riil di masyarakat, dimana mungkin banyak orang tidak berani bersuara lantang hari ini.

AHY bicara apa adanya, lugas, tegas dan berdasarkan fakta. Dari safari politiknya berkeliling Indonesia, ia mendengar langsung suara keresahan masyarakat. Himpitan ekonomi pasca pandemi masih terasa. Sementara pemerintah masih sibuk dengan proyek mercusuar yang dampaknya tidak dirasakan langsung oleh rakyat.

Dengan tegas, AHY menentukan posisi politiknya bahwa ia hadir untuk menyuarakan kepentingan Wong Cilik. Sementara jargon wong cilik yang kerap jadi jualan politik penguasa, sama sekali tidak tampak dalam berbagai kebijakan yang diambil. Kekuasaan hanya melayani kepentingan segelintir pengusaha pemodal yang saban hari makin kaya. Sementara wong cilik makin terhimpit.

UU Ciptaker misalnya. Kebijakan yang sangat merugikan buruh dan pekerja ini dengan sigap diperjuangkan pemerintah atas nama menumbuhkan laju investasi. Tapi yang harus menanggung derita adalah para buruh dan pekerja, Wong Cilik.

Amatan AHY tentang kebobrokan tata kelola pemerintahan ia sampaikan dalam pidato tersebut dengan lugas. Kebijakan fiskal Indonesia bermasalah. Beban hutang semakin besar. Sementara pengelolaannya tidak berdampak langsung terhadap kesejahteraan rakyat. Investasi pun tak kunjung membuka lapangan pekerjaan baru di tengah angka pengangguran yang makin tinggi.

Di saat kebijakan fiskal bermasalah, pengelolaan pajak pun turut bermasalah. Padahal pemasukan negara bersumber dari pajak. Sementara kini kita dihebohkan dengan kebocoran penerimaan pajak yang tentu merugikan negara. Sementara rakyat yang bayar pajak, harusnya menikmati haknya sebagai pembayar pajak, namun mereka hanya memikul beban negara.

AHY mengapresiasi penegak hukum yang istiqomah dan memerankan fungsinya dengan baik. Namun ia tak segan-segan mengkritik penegak hukum dan aparaturnya yang dalam beberapa waktu ini menjadi sorotan publik karena berbagai kasus yang mencuat. Belum lagi ada upaya inkonstitusional untuk menunda pelaksanaan pemilu, yang ditempuh melalui jalur hukum namun cacat prosedur.

Bayangkan, dari 270 juta rakyat Indonesia yang selama ini merasakan situasi bangsa yang tidak baik-baik saja, praktis AHY menjadi satu-satunya tokoh politik yang dengan berani mengungkapkan semua masalah tersebut. Pidato AHY menjadi representasi dari keresahan banyak pihak. Keresahan rakyat Indonesia.

Pidato AHY beberapa waktu lalu menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia butuh sosok yang cerdas, berpengetahuan juga berani. Di saat elit politik cenderung enggan bersuara, di situ AHY menegaskan posisi keberpihakannya kepada Wong Cilik.

Keberanian AHY untuk bersuara lantang menjadi secercah harapan bagi rakyat Indonesia untuk bisa kembali ke situasi politik dan ekonomi yang sehat, sejahtera dan demokratis.

Keberanian AHY yang dipadu dengan visi intelektualnya dalam melihat berbagai masalah bangsa menjadi modal besar bagi bangsa Indonesia untuk menuju Indonesia yang lebih baik. AHY dengan lantang menyatakan bahwa ia akan membawa negeri ini menuju perubahan dan perbaikan. Menuju Indonesia yang lebih baik.

Iklan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!