AHY Lebih Daripada Layak Jadi Pemimpin Indonesia

AHY

Ketika nama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mulai disebut berpeluang menjadi Bakal Calon Wakil Presiden untuk mendampingi Bakal Calon Presiden Anies Baswedan, ada yang menyebut sembari merendahkan pangkatnya yang hanya pensiunan Mayor. Dan bahkan, menyetarakannya dengan jabatan Komandan Koramil di tingkat Kecamatan saja.

Sebelumnya, “pelecehan” serupa juga pernah disampaikan oleh Ikrar Nusa Bakti, ketika AHY ikut kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2017. Apa yang disampaikan peneliti LIPI ketika itu, dikritisi oleh Syahganda Nainggolan dari Sabang Merauke Circle. Ia mengetengahkan argumentasi bahwa AHY berkontestasi pada pemerintah sipil.

Hujatan bahwa AHY hanya Mayor sedangkan Gubernur DKI Jakarta itu level Mayor Jenderal atau Letnan Jenderal, seperti yang diutarakan Ikrar Nusa Bhakti, menurut Syahganda kurang relevan dalam pemerintahan sipil. Jika kita tanyakan relevansi itu pada Presiden Rusia Vladimir Putin, dia pastinya akan tertawa. Sebab, Putin adalah Letnan Kolonel, belum Jenderal dan hanya setingkat di atas Mayor. Namun, Putin adalah presiden salah satu negara terkuat di dunia.

AHY pada 5 tahun lalu sangat pantas menjadi Calon Gubernur. Lalu, sekarang tentu lebih pantas menjadi bacawapres. Mengapa? Transformasi yang dialami AHY selama 5 tahun ini adalah menjadi pimpinan Partai Demokrat, sebuah partai menengah dan pernah 10 tahun memimpin dan menjadi partai pemerintah. Pengalaman dalam parpol ini begitu besar, yakni:

Pertama, Pertarungan AHY mengalahkan Kepala KSP Jenderal Purn Moeldoko, yang berupaya menggulingkan AHY dari jabatan Ketua Umum, beberapa tahun lalu. Kedua, Kecemerlangan AHY memimpin partai dalam jalan oposisi yang keras. Kedua pengalaman penting AHY ini menunjukkan kepemimpinan AHY sebagai bacawapres sangatlah pantas, sebagaimana pernyataan Ketum Partai Nasdem Surya Paloh beberapa waktu lalu.

“Namun, tak kalah pentingnya adalah pendidikan AHY. Saat ini dia sedang menyelesaikan studi doktoralnya. Itu artinya dia akan mencapai gelar akademis tertinggi nantinya. Para pemimpin yang menyukai pendidikan dapat dipastikan sangat berguna untuk memajukan pendidikan bangsanya,” ujar Syahganda Nainggolan.

AHY dapat membantu Anies dalam menghadapi isu-isu geopolitik dan separatisme. Sebagai lulusan Master Harvard dari Kennedy School of Government Amerika dalam ilmu pemerintahan dan Master bidang Strategic Studies di Institute of Defence and Strategic Studies, Nanyang Technological University, Singapura, sangatlah paham mengatasi isu keutuhan NKRI.

Menurut Selamat Ginting, Analis Komunikasi Politik dan Militer dari Universitas Nasional (UNAS) Jakarta, yang meremehkan pangkat Mayor AHY itu, dia tidak melihat resultante (apa yang sudah diperbuat) oleh AHY. Dia hanya melihat pangkat Mayor, tanpa melihat jabatan yang diembannya serta pendidikan yang ditempuh.

“Begitu juga dengan kasus kudeta Moeldoko yang gagal. Apakah Moeldoko berdiri sendiri? Tentu saja tidak. Berpotensi ada izin dari kekuatan tertentu. Beruntung Ketua Umum PDIP Megawati tidak setuju dengan cara-cara inskonstitusional, sehingga Menkumham Yasonna Laoly yang berasal dari PDIP, kemungkinan juga menuruti kehendak Megawati untuk tidak mengakui kubu Moeldoko. Di situ juga mulai retaknya hubungan Istana dengan Megawati,” ungkap Selamat Ginting.

Jika berpatokan atas kepangkatan, jelas pangkat Mayor jauh di bawah Jenderal seperti Moeldoko. Tapi, ketika AHY berusaha dikudeta Moeldoko, ternyata Jenderal ini dikalahkan oleh Mayor. Itulah fakta politik dan yuridisnya. Seharusnya Moeldoko yang Jenderal dan pernah menjabat Panglima TNI ini malu dikalahkan seorang Mayor dengan jabatan terakhir Komandan Batalyon saja.

Jejak kariernya di militer bisa kita baca. Setelah lulus dari AKMIL, AHY mengikuti Sekolah Dasar Kecabangan Infanteri dan Kursus Combat Intel pada tahun 2001. Ia kemudian bergabung dengan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).

Pada 2002, AHY yang merupakan perwira Brigif Linud 17 Kostrad, menjadi Komandan Peleton di Batalyon Infanteri Lintas Udara 305/Tengkorak yang sempat ditugaskan dalam Operasi Pemulihan Keamanan di Nangroe Aceh Darussalam yang penuh dengan risiko. Di Aceh, AHY terpilih sebagai Komandan Tim Khusus (Dan Timsus).

Tuntas memimpin pasukan khusus dalam Operasi Pemulihan Keamanan di Aceh pada November 2006, AHY lalu mengemban tugas sebagai perwira seksi operasi kontingen Garuda XXIII-A dalam menjaga perdamaian di sepanjang perbatasan Israel dan Libanon Selatan, saat Israel dan Hizbullah terlibat dalam perang selama 34 hari.

Kontingen ini merupakan kontingen pertama Indonesia yang dikirim untuk misi perdamaian PBB di Libanon (UNIFIL). Semasa penugasannya, AHY menginisiasi program mobil pintar sebagai salah satu sarana mengurangi dampak trauma perang untuk anak-anak. Atas inisiatif ini, AHY dianugerahi Army Service Distinction Medal dari pimpinan Angkatan Bersenjata Libanon.

Seiring dengan bertambahnya pengalaman lapangan, AHY mendapat promosi sebagai Komandan Kompi (Danki) di Yonif Linud 305/Tengkorak pada 2007. Pada tahun yang sama, AHY mengikuti kursus Scuba Divers TNI-AL di Kepulauan Seribu, 2008. AHY juga memperoleh penghargaan sebagai Komandan Kompi terbaik di jajaran divisi Infanteri 1 Kostrad, pada Latihan Gabungan TNI Yudha Siaga di Sangata.

Pada tahun itu juga, AHY dimintai kontribusinya oleh Prof. Dr. Juwono Sudarsono selaku Menteri Pertahanan, untuk bergabung dalam tim pendirian Universitas Pertahanan Indonesia.

AHY kemudian melanjutkan pendidikan militernya di US Army Maneuver Captain Career Course di Fort Benning, Amerika Serikat pada 2011 dan menjadi lulusan terbaik. AHY juga meraih Medali dari Angkatan Bersenjata Amerika Serikat, The Order of Saint Maurice dari Pimpinan Infanteri Nasional AS.

Kembali ke Indonesia, AHY berdinas sebagai Kepala Seksi Operasi (Kasiops) di Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kujang 1 Kostrad. Pada 2013, atas prestasi dan pemikiran-pemikirannya, AHY ditugaskan menjadi Dosen Pasca Sarjana, dalam program Manajemen Pertahanan, Universitas Pertahanan Indonesia.

Tahun 2015, AHY kembali mengenyam pendidikan di AS, dan kemudian meraih predikat Summa Cum Laude dari US Army Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas. Sampai awal 2016, AHY ditugaskan sebagai Komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203 Arya Kamuning, salah satu pasukan elit pengaman Ibu Kota Negara. Sebagai Danyonif 203 AHY sukses memimpin latihan bersama pasukan Australia di Darwin pada 2016.

Oleh: Mochamad Toha

Wartawan FreedomNews

Iklan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!