BANGLISANTUY.COM – Indonesia masih berjuang menghadapi tantangan signifikan dalam penanganan penyakit tuberkulosis (TB). Menurut Global TB Report 2023 yang diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), negara kita menempati peringkat kedua tertinggi secara global setelah India dalam hal jumlah kasus TB baru, dengan lebih dari 1 juta kasus tiap tahun.
Tingginya angka kasus TB di Indonesia juga diimbangi dengan tingkat kematian yang sangat mengkhawatirkan. Setiap tahun, 125 ribu orang di Indonesia meninggal dunia akibat TB, yang setara dengan satu kematian setiap empat detik. Dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah kematian akibat penyakit ini diperkirakan mencapai 1,25 juta jiwa.
Selain dampak pada kesehatan masyarakat, TB juga memberikan efek signifikan terhadap sektor ekonomi dan sosial. Penyakit ini mengurangi produktivitas serta memperburuk kondisi kemiskinan, khususnya pada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.
Untuk mempercepat penanganan TB, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mendapatkan alokasi anggaran khusus dalam APBN 2025. Anggaran tersebut direncanakan untuk menemukan dan mendeteksi hingga 900 ribu kasus TB, dengan target 95 persen pasien dapat menyelesaikan pengobatan hingga dinyatakan sembuh.
Kemenkes juga berencana untuk melaksanakan kampanye nasional guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi dini TB serta mengurangi stigma yang masih melekat pada penderita penyakit ini. Upaya ini diharapkan dapat membantu masyarakat lebih memahami tentang TB dan cara mencegahnya.
Dalam upaya jangka panjang, pemerintah juga berupaya untuk mempercepat penelitian vaksin M72/AS-01E, yang kini sudah memasuki uji klinis fase 3. Vaksin ini diharapkan dapat menjadi terobosan penting dalam pencegahan TB di masa depan, memberikan harapan untuk mengurangi angka kasus secara signifikan.
Melalui kombinasi teknologi deteksi dini, pengobatan yang tuntas, kampanye publik, dan inovasi vaksin, pemerintah menargetkan agar Indonesia dapat menurunkan angka kasus TB secara signifikan menuju eliminasi penyakit ini dalam beberapa tahun mendatang. Kerjasama antara pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat sangat diperlukan untuk mencapai tujuan yang ambisius ini.
