Demokrat Kritik Jokowi Terkait Larangan Buka Puasa Bersama

TajukPolitik – Sekretaris Departemen VIII DPP Partai Demokrat, Muhammad Syarief Al-Haddad mengkritik Arahan Presiden Joko Widodo terkait larangan kegiatan buka puasa Bersama.

Larangan tersebut tertuang dalam surat yang diterbitkan oleh Sekretaris Kabinet pada 21 Maret 2023. Surat tersebut ditujukan kepada para Menteri, Jaksa Agung, Panglima TNI, Kapolri dan para Kepala Badan/Lembaga Negara.

Dalam surat nomor R-38/Seskab/DKK/03/2023 dan bersifat rahasia tersebut, Presiden lewat Sekretaris Kabinet Pramono Anung memberikan arahan terkait penyelenggaraan buka puasa Bersama.
Butir-butir dalam surat tersebut berbunyi:

1. Penanganan Covid-19 saat ini dalam transisi dari pandemi menuju endemi, sehingga masih diperlukan kehati-hatian.
2. Sehubungan dengan hal tersebut, pelaksanaan kegiatan Buka Puasa Bersama pada bulan suci Ramadan 1444H agar ditiadakan.
3. Menteri Dalam Negeri agar menindaklanjuti arahan tersebut diatas kepada para Gubernur, Bupati, dan Walikota.

“Saya membaca surat itu kemarin (22/3), awalnya saya menganggap itu hoax. Namun siang ini muncul berita dari Heru Budi Hartono, Kepala Sekretariat Presiden yang merangkap jabatan sebagai PLT Gubernur DKI Jakarta, membenarkan hal tersebut lewat statement bahwa dirinya menunggu arahan Kemendagri terkait larangan tersebut. Bersamaan dengan itu, Presiden Jokowi memberikan klarifikasi seolah-olah surat tersebut hanya untuk pejabat dan ASN. Setelah saya baca kembali surat tersebut, tidak ada kalimat spesifik yang menjelaskan bahwa larangan tersebut hanya untuk pejabat dan ASN, tutur Syarief dalam keterangan via telepon,” jelas Syarif.

“Terlepas dari scope larangan tersebut, jujur saya tidak paham jalan pikiran Presiden Jokowi. Sebuah kontradisksi jika menjadikan pandemi Covid-19 yang sudah dalam proses menuju endemi sebagai alasan dari pelarangan buka puasa Bersama. Karena seperti yang kita ketahui, presiden Jokowi justru keukeuh menyelenggarakan event-event besar seperti perhelatan PON Papua, G-20 Bali, MotoGP Mandalika bahkan Royal Wedding Kaesang Pangarep yang memiliki skala jauh lebih besar dan lebih beresiko menyebarkan virus Covid-19 karena digelar di masa PPKM dan melibatkan ribuan bahkan puluhan ribu manusia dari dalam dan luar negeri di satu tempat. Apakah Covid-19 adalah jenis virus yang bisa diatur penyebarannya, yang jika hajat Presiden atau yang menguntungkan secara materi otomatis virus tersebut mendadak buta dan kembali ganas mencari mangsa ketika ada sekumpulan umat Islam ingin bersilaturahmi di bulan Ramadhan lewat kegiatan buka puasa Bersama?, tambahnya,” lanjutnya.

Selain itu, Syarief juga mengemukakan bahwa umat Islam di Indonesia sudah amat sangat rindu momen berkumpul bersama di bulan Ramadhan, karena 3 tahun terakhir kegiatan yang hanya ada di bulan Ramadhan seperti buka puasa bersama, shalat tarawih berjama’ah di Masjid dan mudik lebaran selalu dipersulit oleh pemerintah dengan dalih pandemi Covid-19.

“Buka puasa bersama adalah salah satu bentuk dari silaturahmi di bulan Ramadhan. Tidak jarang kita justru bisa bersilaturahmi dengan kerabat yang lama tak jumpa karena kesibukan hanya di momen buka puasa bersama.”

“Jika kita kaji lebih dalam, Silaturahmi dalam Islam memiliki nilai pahala yang amat sangat besar.”

Syarief pun mengutip Hadits dari Nabi Muhammad SAW yang berbunyi,

“Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada salat dan puasa?” Sahabat menjawab, “Tentu saja!” Rasulullah pun kemudian menjelaskan, “Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan ukhuwah di antara mereka, (semua itu) adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan.” (HR. Bukhari-Muslim).”

Melarang kegiatan buka puasa bersama secara tidak langsung melarang umat Islam untuk bersilaturahmi di bulan Ramadhan. Rasulullah SAW pun dengan tegas mengecam seorang pemimpin yang mempersulit urusan umat.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah bersabda,

“Dari Sayyidah ‘Aisyah RA berkata, saya mendengar Rasulullah SAW berdo’a dirumahku ini: Ya Allah, barangsiapa yang memegang urusan (menjabat) suatu urusan umatku lalu dipersulitnya urusan mereka, maka persulit pulalah orang itu! Dan barangsiapa yang memegang urusan suatu urusan umatku lalu mereka berlaku lembut (mempermudah) kepada mereka, maka berlaku lembutlah kepada orang itu.”

“Semoga presiden Jokowi mendapat hidayah sehingga terhindar dari murka Allah SWT,” tutup Syarief dalam keterangannya.

Iklan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!