Subsidi Pertamina Hanya Sedikit, Harga BBM Indonesia Lebih Mahal dari Malaysia

petronas lebih banyak subsidi ketimbang pertamina

TajukPolitik – Harga BBM subsidi di Indonesia masih jauh lebih mahal dari Malaysia karena Petronas berikan subsidi lebih banyak ketimbang Pertamina.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati memastikan tidak ada kenaikan harga untuk BBM Pertalite dan Solar di tahun ini.

Adapun perusahaan migas milik pemerintah Malaysia, Petronas, menjual harga BBM yang sangat murah. Dikutip dari globalpetrolprices.com, BBM berkadar oktan (RON) 95 dijual MYR 2,05 per liter atau setara dengan Rp 6.964 (asumsi kurs Rp 3.397 per MYR). Sementara untuk BBM RON 97, Petronas menjual dengan harga MYR 3,91 per liter atau setara dengan Rp 13.283.

Nicke menuturkan, kondisi murahnya harga BBM di Malaysia terjadi lantaran subsidi energi yang digelontorkan pemerintah Malaysia jauh lebih besar dari Indonesia.

“Petronas itu subsidinya jauh lebih besar dibandingkan Indonesia makanya harga jual BBM-nya lebih murah karena minyak yang digunakan mau di Indonesia atau Malaysia, Amerika, itu dipatok dengan harga minyak dunia,” katanya saat rapat dengan Komisi VI DPR, Rabu (6/7).

Dia melanjutkan, walaupun harga BBM Pertamina lebih mahal, Cost of Good Solds (COGS) atau Harga Pokok Penjualan (HPP) tidak lebih tinggi karena 92-93 persen komponen dalam produksi di semua kilang adalah minyak mentah yang mengikuti harga patokan minyak dunia.

Selain itu, Nicke menuturkan pendapatan per kapita Indonesia juga lebih rendah dibandingkan Malaysia. Dengan begitu, daya beli masyarakat perlu dijaga dengan tambalan subsidi energi dari pemerintah.

“Itu consider kenapa harga BBM tidak dilepas sesuai harga pasar. Kalau dibandingkan daya beli masyarakat pendapatan per kapita ini akan terjadi masalah besar, akan menimbulkan inflasi dan ke mana-mana,” tuturnya.

Dia pun memastikan, walaupun harga BBM subsidi tidak naik walaupun harga minyak mentah terus melonjak, Pertamina tidak akan rugi. Hal ini lantaran Perseroan mendapatkan windfall profit di sektor hulu yang menambal kerugian di hilir.

“Harga pembelian migas naik, Pertamina untung USD 2 miliar atau Rp 29,3 triliun, karena Pertamina terintegrasi dari hulu ke hilir. Ketika harga migas naik kita di hulu dapat keuntungan windfall,” jelas Nicke.

Selain itu, Nicke juga bersyukur dengan komitmen pemerintah menambah alokasi subsidi energi dan kompensasi di tahun ini, sehingga Pertamina tidak mengalami kerugian. “Jika tidak ada tambahan anggaran subsidi dan kompensasi maka Pertamina akan rugi,” tandasnya.

Iklan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!