BANGLISANTUY.COM— Media terkemuka asal Amerika, The Athletic, baru-baru ini mengungkap dugaan adanya “kecurangan” dalam pelaksanaan ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 untuk zona Asia, yang dikelola oleh AFC (Konfederasi Sepak Bola Asia).
Laporan tersebut menyoroti isu ketidakadilan yang terjadi di dalam jadwal pertandingan, yang dinilai merugikan beberapa tim, termasuk di antaranya Timnas Indonesia.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, Timnas Indonesia hanya mendapatkan waktu jeda antara pertandingan selama 72 jam atau tiga hari sebelum bertanding lagi.
Tak hanya Indonesia, tim-tim lain seperti Irak, Uni Emirat Arab (UEA), dan Oman juga mengalami hal serupa.
Dalam hal ini, terdapat perbedaan mencolok dengan dua tim tuan rumah, Arab Saudi dan Qatar, yang justru memperoleh waktu istirahat lebih lama, yaitu enam hari di antara dua pertandingan.
Perbedaan waktu jeda ini dianggap sangat menguntungkan bagi tim-tim tuan rumah. Misalnya, dalam pertandingan antara Qatar melawan UEA yang berlangsung di Doha pada 11 Oktober 2025, Qatar tampil dengan kondisi yang lebih segar dan melakukan beberapa rotasi pemain setelah hasil imbang 0-0 melawan Oman sebelumnya.
Sementara itu, UEA terpaksa melakukan enam pergantian pemain hanya tiga hari setelah pertandingan sebelumnya. Ini tentu membuat beban fisik bagi para pemain semakin berat, yang dapat memengaruhi performa mereka di lapangan.
Kondisi yang tidak seimbang dalam penjadwalan ini dapat memunculkan berbagai spekulasi dan kritik terhadap pengelolaan AFC. Seharusnya, sebagai organisasi yang bertanggung jawab, AFC harus memastikan adanya keadilan dalam penjadwalan agar semua tim memiliki kesempatan yang sama untuk bersaing.
Ketidaksetaraan ini tidak hanya berpotensi merugikan tim-tim tamu, tetapi juga dapat mempengaruhi integritas kompetisi secara keseluruhan. Dengan adanya perbedaan waktu istirahat, akan ada dampak yang signifikan terhadap kebugaran pemain dan strategi tim saat menghadapi pertandingan penting.
Dalam dunia sepak bola, terutama di level internasional, faktor fisik dan mental pemain memiliki peranan yang sangat penting. Jika suatu tim tidak memiliki cukup waktu untuk memulihkan kondisi, sangat mungkin mereka akan kesulitan menghadapi tim lain yang memiliki keunggulan dalam hal waktu istirahat.
Situasi ini bukanlah yang pertama kalinya terjadi. Berbagai kontroversi terkait penjadwalan dan pengelolaan pertandingan biasanya muncul di berbagai kompetisi. Oleh karena itu, menjadi penting bagi AFC untuk mempertimbangkan reformasi dalam struktur dan proses penjadwalan pertandingan agar tidak ada tim yang merasa dirugikan.
Menjamin keadilan bagi semua tim bukan hanya tanggung jawab AFC, tetapi juga merupakan langkah penting untuk meningkatkan kepercayaan terhadap organisasi sepak bola tersebut. Jika tidak ditangani dengan baik, reputasi AFC dan kepercayaan publik terhadap kompetisi dapat terancam, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi minat penonton dan sponsor.
Ke depannya, diharapkan AFC dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk menciptakan suasana yang lebih adil dan kompetitif. Dengan langkah-langkah seperti itu, diharapkan semua tim dapat bersaing dalam kondisi yang setara, dan penonton dapat menikmati pertandingan yang lebih menarik dan berkualitas.




