BANGLISANTUY.COM — Perdana Menteri Anwar Ibrahim menjelaskan mengapa Malaysia tidak menerima undangan untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Gaza yang berlangsung di Mesir pada hari Senin, 13 Oktober. Menurut Anwar, ketidakhadiran Malaysia dalam forum internasional tersebut disebabkan oleh sikap “dukungan bersyarat” yang ditunjukkan oleh pemerintahnya terkait proposal gencatan senjata dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
“Malaysia tidak diikutsertakan karena kami menyatakan dukungan dengan beberapa keberatan,” ungkap Anwar dalam pernyataan resmi yang dilansir oleh media Malaysia, The Star.
Dalam penjelasannya, Anwar menekankan bahwa dukungan Malaysia terhadap inisiatif perdamaian tersebut tergantung pada adanya jaminan penyelesaian komprehensif atas konflik yang melibatkan Palestina. Ini mencakup pemulangan warga Palestina yang diusir secara paksa serta penghentian kekerasan di Tepi Barat dan Gaza.
“Hal ini bergantung pada resolusi komprehensif untuk memulangkan warga Palestina yang diusir secara paksa,” tambahnya dengan tegas.
Lebih lanjut, Anwar menyatakan bahwa terdapat beberapa poin dalam rancangan kesepakatan yang menurut pemerintah Malaysia belum mencerminkan keadilan bagi rakyat Palestina. Ia menekankan bahwa prioritas utama Malaysia adalah menghentikan pembunuhan terhadap warga sipil, khususnya perempuan dan anak-anak yang menjadi korban dari agresi di Gaza.
“Fokus kami tetap pada penghentian penghancuran di Gaza dan pembunuhan terhadap warga sipil,” jelasnya kembali.
Walaupun Malaysia tidak diundang ke KTT tersebut, negara ini menyatakan kesediaannya untuk berkontribusi dalam proses perdamaian. Anwar menambahkan bahwa Malaysia siap untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan dan tim medis melalui jalur Rafah, asalkan mendapatkan izin dari otoritas Mesir.
Konflik yang berlangsung lama di Gaza telah menciptakan situasi kemanusiaan yang kritis. Banyak warga sipil, termasuk anak-anak, mengalami penderitaan akibat serangan yang terjadi. Dengan adanya insiden seperti ini, banyak negara, termasuk Malaysia, merasa terdorong untuk mengambil langkah konkret dalam membantu mereka yang terdampar.
Kesediaan Malaysia untuk mengirimkan bantuan menunjukkan komitmennya dalam upaya memelihara stabilitas dan perdamaian di kawasan tersebut. Anwar memberi penekanan bahwa meski dengan berbagai kendala politik, Malaysia tetap bertekad untuk memprioritaskan keselamatan dan kesejahteraan rakyat Palestina.
Dalam konteks yang lebih luas, respons Malaysia terhadap KTT Perdamaian Gaza juga menggarisbawahi sikap negara-negara Asia Tenggara lainnya terhadap isu-isu perdamaian internasional. Di tengah berbagai tantangan global, negara-negara ini berupaya untuk bersuara dan mengambil tindakan yang sesuai demi perdamaian dan keadilan.
Setiap tindakan diplomatik yang dilakukan Malaysia mencerminkan posisi dan nilai-nilai yang diyakini oleh negara tersebut—bahwa keadilan harus ditegakkan untuk semua, termasuk rakyat Palestina yang tengah berjuang untuk hak-hak mereka.
Dengan demikian, meskipun Malaysia tidak hadir di KTT Perdamaian Gaza, sikap yang diambil oleh Anwar Ibrahim membawa harapan bagi masyarakat internasional mengenai pentingnya dialog dan kerja sama dalam mencapai perdamaian yang berkelanjutan.