BANGLISANTUY.COM – Dalam sebuah wawancara baru-baru ini, Presiden Donald Trump mengungkapkan keyakinannya bahwa China kemungkinan tidak akan mengambil tindakan untuk menginvasi Taiwan selama masa kepemimpinannya di Amerika Serikat. Pernyataan ini disampaikan saat Trump diwawancarai oleh CBS dalam program 60 Minutes, yang ditayangkan pada hari Minggu, 2 November 2025.
Trump mengungkapkan bahwa sebelum wawancara tersebut, ia memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping, di Korea Selatan pada pekan sebelumnya. Ia menambahkan, “Mereka mengerti apa yang akan terjadi. Dan dia [Xi] secara terbuka mengatakan, serta orang-orangnya juga menyatakan dalam pertemuan tersebut, ‘Kami tak akan pernah melakukan apa pun selama Presiden Trump menjadi presiden’ karena mereka tahu konsekuensinya.”
Dalam wawancara tersebut, Trump juga ditanya tentang kemungkinan tindakan AS jika China tetap memilih untuk menyerang Taiwan. Ia menjawab, “Anda akan tahu sendiri jika itu terjadi, dan dia [Xi] mengerti jawabannya.” Namun, Trump menekankan bahwa isu Taiwan tidak dibahas secara langsung dalam pertemuan bilateralnya dengan Xi Jinping di Korea Selatan. Ia menyatakan bahwa Xi memilih untuk tidak membicarakan Taiwan karena menyadari posisi tegas AS mengenai pulau tersebut.
Taiwan selama ini telah menjadi isu yang sangat sensitif dalam hubungan antara AS dan China. Beijing seringkali menentang kunjungan pejabat Amerika ke Taiwan, yang dianggapnya sebagai dukungan terhadap upaya kemerdekaan pulau tersebut. Ketegangan antara kedua negara juga terlihat pada tahun 2022, ketika China melaksanakan latihan militer besar-besaran seolah-olah mengepung Taiwan setelah Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, melakukan kunjungan ke pulau itu.
Amerika Serikat sendiri memiliki hubungan yang erat dengan pihak berwenang Taiwan, terutama dalam bidang keamanan dan ekonomi. Pernyataan Trump muncul di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan Indo-Pasifik, di mana isu Taiwan menjadi sorotan utama dalam interaksi bilateral antara AS dan China.
Banyak analis internasional beranggapan bahwa klaim Trump memiliki dimensi politik, namun tetap mencerminkan pengaruh posisinya sebagai presiden terhadap dinamika keamanan di wilayah tersebut. Masyarakat internasional kini semakin waspada dan mengamati setiap langkah politik dari kedua negara. Pasalnya, kemungkinan terjadinya konflik di Taiwan dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap stabilitas ekonomi global serta keamanan secara keseluruhan.
Taiwan sendiri, yang secara resmi dikenal sebagai Republik Tiongkok, memiliki sejarah panjang yang penuh dengan ketegangan dan konflik dengan China. Beijing menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri dan tidak segan-segan menggunakan kekuatan militer untuk merebut kembali kontrol atas pulau tersebut jika diperlukan. Oleh karena itu, ancaman terhadap Taiwan tidak hanya berimplikasi pada hubungan antara AS dan China, tetapi juga pada ketahanan kawasan Asia-Pasifik secara keseluruhan.
Keberadaan armada militer AS di kawasan Indo-Pasifik dan komitmen mereka untuk melindungi Taiwan menjadi salah satu faktor penentu dalam upaya menjaga stabilitas. Dengan meningkatnya kegiatan militer China di sekitar Taiwan, perhatian dunia kini tertuju pada apakah AS akan memenuhi janjinya untuk melindungi sekutu mereka jika situasi semakin memburuk. Hal ini menciptakan suasana ketegangan yang kian kompleks di kawasan, dengan berbagai dampak yang mungkin terjadi di masa depan.
Dalam konteks ini, sikap dan pernyataan yang dikeluarkan oleh pemimpin kedua negara sangat krusial. Sementara itu, para pemimpin di seluruh dunia akan terus mengamati perkembangan yang ada, mengingat apapun yang terjadi di Taiwan berpotensi membawa konsekuensi besar bagi stabilitas global dan keamanan internasional.




